NAMA : NURMALA SARI
NIM : 2222100396
KELAS : 4A/ DIKSATRASIA
APRESIASI
DRAMA INDONESIA
Analisis
tokoh Trakeni dalam drama yang berjudul Madekur dan Trakeni karya Arifin C.
Noor dengan menggunakan teori Dramatik Aristoteles.
1. Eksposisi
Eksposisi adalah bagian awal atau
pembukaan dari suatu karya sastra drama. Bagian ini memberikan penjelasan atau
keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk dapat memahami peristiwa
berikutnya dalam cerita, seperti tokoh cerita, masalah, tempat dan waktu, dan sebagainya.
Pada bagian awal drama yang berjudul Trakeni dan
Madekur, awal pembukaan memang sungguh rumit dan sulit untuk dipahami karena
Arifin C. Noor ketika pembukaan ia menjelaskan dan memperkenalkan drama yang
disebut orkes madun I sehingga saya sebagai pembaca merasa kebingungan mengapa
bagian awal diceritakan tentang orkes madun I dengan adanya tokoh Badut
pertama, kedua, ketiga, Nabi pertama, sibuntung, sedangkan drama tersebut
berjudul Trakeni dan Madekur.
Jika pembaca tidak jeli dalam membaca pada awal
(pengantar) mungkin tidak akan mengerti, karena di bagian pengantar penulis
(Arifin C. Noor) menjelaskan bahwa naskah drama ini adalah dari bagian trilogi
yaitu Orkes Madun yang terdiri dari Madekur dan Tarkeni. Jadi pada intinya
Arifin ketika pada pembukaan ia menceritakan terlebih dahulu mengenai orkes
madun tersebut kemudian selanjutnya dilanjutkan pada inti yaitu Madekur dan
Trakeni selain itu juga ketika dalam menulis naskah drama kebisaaan Arifin, latihan
sambil menulis naskah maka jadilah orkes madun yang terdiri dari Madekur dan
Trakeni.
2. Komplikasi
Suasana
semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. Gambaran nasib tokoh
semakin jelas meskipun belum sepenuhnya terlukiskan.
Konflik yang terjadi pada kedua orang Madekur
dan Trakeni yang keduanya tidak menyetujui anaknya Madekur dan Trakeni menikah,
setelah kedua orang tua dari Madekur dan Trakeni mengetahui bahwa Madekur dan
Trakeni adalah seorang pencopet dan pelacur. Jelas pada kutipan di bawah ini
ayah dari Madekur dan Trakeni tidak menyetujui pernikahan mereka.
“Persetan! (Pada penonton) pernahkah Anda
bayangkan anak anda kawin dengan seorang pelacur / copet? Sudah tentu Anda
pernah sekali membayangkan hal yang jelek-jelek kalau pikiran Anda sedang
gurem. Tapi saya percaya pikiran Anda ssaat ini cukup jernih untuk ikut
merundingkan soal ini. Anda punya seorang anak. Bukan main senang bahagia ketika
melayani dia ketika kecil sebab banyak boneka. Siang malam kita melayani dia,
lalu kita sekolahkan dengan harapan dia kelak menggantikan kita, menjadi
kebanggaan kita, jadi raja kek kalau bisa. Tiba-tiba setelah dewasa, punya
pekerjaan, punya penghasilan yang lumayan dia datang keapda kita mengutarakan
niatnya akan kawin dengan seorang pelacur / pencopet. Buat saya yang tidak
punya penyakit jantung hal itu tidak begitu membahayakan jiwa, dan saya bisa
secara jernih menimbang dan merundingkan dan meyakinkan, tapi buat yang
berpenyakit jantung? (Kepada istrinya) tidak, tidak – kamu jangan sekali-kali
membantu dia untuk memaksa saya mengambil keputusan gila”.
3.
Klimaks
Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan, berhadapan
untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan nasib tokoh dalam cerita.
Pada bagian ini
pihak-pihak yang berlawanan, berhadapan untuk melakukan perhitungan yaitu
terjadi pada ayah Madekur dan Trakeni yang memutuskan jika Madekur tetap bersikeras mengawini
Trakeni maka ayah mereka memutuskan hubungan keluarga dengan anaknya,
pernyataan tersebut diperjelas pada kutipan berikut:
“ Kalau
kamu tetap pada niatmu kawin dengan pelacur / pencopet itu saya hanya minta
agar hubungan kita sebagai anak dan bapak putus”
4.
Resolusi
Dalam resolusi semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa
tokoh terpecahkan.
Setelah ditimbang-timbang oleh kedua
orang tuanya karena Madekur dan Trakeni bersikeras untuk menikah dan menyetujui
keputusan orang tuanya jika mereka menikah hubungan sebagai anak dan bapak
putus, namun itu semua bukan akhir dari segalanya dan akhirnya keputusan yang
diambil oleh kedua orang tua Madekur dan Trakeni adalah menyetujui dan memberikan
restu kepada anaknya.
Terlihat jelas pada kutipan di bawah ini:
“Sudahlah, dari pada
kita mengharapkan yang tidak - tidak. Lebih baik kita ubah sikap dan biarlah kita
menyetujui rencana anak kita.”
Karena dari kedua orang tua Madekur dan Trakeni berfikir bahwa jika mereka tetap pada egonya masing-masing bagaimana dengan kehidupan kedua orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan primer dan skundernya jika bukan dari anaknya karena tahun-tahun belakangan ini mereka sangat bergantung kepada anak itu.
Karena dari kedua orang tua Madekur dan Trakeni berfikir bahwa jika mereka tetap pada egonya masing-masing bagaimana dengan kehidupan kedua orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan primer dan skundernya jika bukan dari anaknya karena tahun-tahun belakangan ini mereka sangat bergantung kepada anak itu.
5.
Konklusi
Dalam bagian ini nasib tokoh cerita sudah pasti. Konklusi
merupakan akhir cerita.
Akhir cerita dari drama Madekur dan
Trakeni yaitu tokoh utama Trakeni menderita penyakit sipilis yang sudah sekian
lama dideritanya namun madekur tetap mencintainya sampai keduanya menghembuskan
nafas terakhirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar