Minggu, 28 April 2013

apresiaisi prosa fiksi novel "perwira negara"

NAMA                        : NURMALA SARI
KELAS           : IIIA / DIKSATRASIA
NIM                : 2222100396
APRESIASI PROSA FIKSI

                                    PRESIDEN PRAWIRANEGARA
                                    “ Karya Akmal Nasery Basral ”

Novel presiden prawiranegara karya Akmal Nasery Basral yang menceritakan kisah 207 hari Syafruddin Prawiranegara yang memimpin Indonesia. Dapat kita nilai dari judulnya pun Presiden Prawiranegara, mungkin semua orang beranggapan bahawa novel ini mengisahkan sejarah-sejarah/ peristiwa - peristiwa penting yang terjadi pada masa lampau dan ceritanya pun menjenuhkan. Tetapi menurut saya pun sebaliknya, memang ketika pertama saya membacanya bisa dibilang menjenuhkan, tetapi semakin terus saya membacanya hingga akhir cerita menurut saya sangat menyenangkan dan mengharukan karena pesan yang disampaikan penulis.
 Melalui novel Prawiranegara sangat baik, memberikan pesan moral kepada si pembaca dan kita sebagai generasi penerus bangsa harus menghargai perjuangan pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa Indonesia dari serangan Belanda. Disisi lain melalui novel Presiden Prawiranegara kita juga dapat mengetahui bagaiman peristiwa – perisitiwa yang terjadi pada masa silam saat bangsa Indonesia mengalami keterpurukan saat di serang Belanda.
            Disini saya akan mengulas peristiwa – peristiwa  penting yang diceritakan  dalam novel Akmal Nasery Basral, Dimana pada tanggal 22 desember 1948 didirikannya PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) agar menyusul Agresi Militer ke-II yang dilakukan Tentara Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap ibu kota Yogyakarta, yang mengakibatkan Bung Karno, Bung Hatta beserta sejumlah pimpinan lainnya pun ditangkap. Karena pada saat itu Indonesia sedang mengalami  masalah yang cukup berat sehingga didirikanlah PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia).
Dengan inisiatif para menteri-menteri yang di dukung dengan semangat yang tinggi yang mendukung terbentungnya PDRI, secara langsung diumumkan dan dipancarluaskan melalui stasiun radio darurat PDRI agar semua warga Indonesia mengetahuinya.Maka dari sini lah terbentuk susunan-susunan PDRI, yang bertujuan untuk menyelamatkan Indonesia dari serangan Belanda. Dari sini semua anggota-anggota yang tergabung dalam PDRI bertugas untuk mengantisipasi dari serangan- serangan belanda.
            Dalam kutipan dibawah dapat kita lihat para pejabat saling mengeluarkan pendapatnya yang menyesalkan langkah Sukarno – Hatta yang bisa tertangkap oleh Belanda. Mengapa Presiden dan Wakil Presiden dengan mudahnya menyerah kepada Belanda, tak percaya dan menyesalkan mengapa keduanya tidak melarikan diri keluar kota untuk menghindari penangkapan. Maka timbul pertanyaan mengapa pemimpin Indonesia Sukarno dan Hatta menyerah begitu saja dalam menghadapi serangan dari belanda.
            Ketika beberapa hari kemudian para pejabat di rumah Teuku Hasan yang mengeluarkan beberapa komentar yang menyesalkan langkah yang diambil Bung Karno, sampai Syafruddin semua hadirin untuk lebih tenang. “Bapak-bapak para pejuang Republik yang saya hormati”, ujarnya, “ saya kita sudah saatnya sekarang kita lakukan sekarang untuk mempertahankan kehormatan Republik. Penahanan rumah terhadap Bung Karno dan Bung Hatta ini menurut saya pasti dilanjutkan dengan penahanan terhadap para menteri kabinet lainnya jika mereka tetap berada di ibu Yogyakarta.
 Apa arti sebuah negara jika pemerintahan lumpuh? Maka hakikatnya sudah tidak ada lagi negara itu. Indonesia tidak boleh lumpuh perjuangan harus tetap dilanjutkan. Panglima Besar Letnan Jendral Sudirman kini hanya memiliki satu paru - paru. Tetapi dengan penyakit yang sangat berat itu pun beliau tidak mau menyerah, dan saya yakin beliau tidak akan menyerah dengan  mudah kepada Belanda meski mati taruhannya. Sebentar lagi Bukittinggi juga akan jatuh ke cengkraman bangsa pengecut yang tak mau bekhianat atas perjanjian yang sudah mereka ucapkan sendiri”. (hal 126)
Maka dari situlah dibentuknya kabinet yang bebas, agar sulit dijangkau pemerintah Belanda.Sehingga Mr. Syafruddin Prawiranegara yang menjadi pemimpin Pemerintahan Darurat, yang menjadi pemimpin kita sampai pemerintahan kembali normal. Persoalan yang mendesak adalah menyangkut bagaimana  PDRI bisa berjalan efektif di sekitar Bukittinggi agar tidak jatuh ke tangan Belanda. Karena pada saat itu Pemerintahan Pusat di Yogyakarta sudah tidak berfungsi lagi.
Oleh karena itu Syafaruddin membentuk beberapa kelompok menerapkan strategi perjuangan untuk berpencar ke tempat - tempat yang sulit di jangkau oleh Belanda dengan segenap jajaran TNI dan militer pun dikerahkan turun kelapangan  untuk melakukan perang gerilya. Dimana tujuan dibentuknya PDRI bertujuan untuk melanjutkan pungsi pemerintahan pusat di Yogya yang sekarang sedang lumpuh, dan tugas Syafruddin sebagai ketua PDRI melanjutkan tugas Bung Karno.
Syafruddin pun lebih berhati-hati, meskipun banyak orang yang memanggilnya presiden PDRI tetapi Safruddin menolak dengan panggilan presiden ketika orang-orang lain malah ingin memberikan sebutan itu, disamping itu hingga sampai saat ini Syafruddin tidak pernah menerima mandat secara resmi dan tertulis dari Presiden Soekarno, karena membentuk rencana membentuk sebuah pemerintahan darurat jika pemerintahan pusat terganggu karena ada satu hal lain yang sudah beberapa kali dibicarakan pada rapat kabinet.          Pernyataan ini dapat di  lihat dari kutipan;
“ Saya ingin kita semua melihat ke depan, seandainya semua masalah ini selesai, dan ternyata benar tidak pernah ada pelimpahan resmi dari Yogya, atau bahkan yang terburuk, mandat itu justru ada tetapi diberikan kepada pihak lain, kepada menteri atau pemimpin Republik yang lain, maka kita akan memikul dosa sejarah yang tidak ringan. Akan ad generasi mendatang yang mencap kita sebagai haus kekuasaan, terutama dari diri saya sendiri sebagai pimpinan PDRI. Akan ada anak cucu kita yang terbebani hidupnya karena masyaraka pada zaman mereka kelak menyangka bahwa kita memanipulasi sejarah dan mengangkat diri sendiri sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Jadi biarlah sejarah yang mencatat, bahwa walaupun sayantidak mendapat sebutan Presiden serta pemerintah daruratyang telah didirikan bersama, yang tidak mendapatkan sebutan yang gagah seperti yang selama ini banyak didengar dimasyarakat, bangsa Indonesia akan melihat bahwa yang telah bekerja demean sungguh-sungguh. Bahwa kita ikhlas untuk terus menegakan Republik yang berdiri dengan mengobarkan banyak nyawa” (hal 239-240).
Dengan sangat hati – hati Syafruddin mengambil keputusan dengan  masalah sebutan Presiden PDRI baginya, karena Syafruddin beranggapan jika besok ada intruksi pelimpahan tugas dari Presiden Sukarno untuk melanjutkan Pemerintahan Darurat, sebutan Presiden PDRI tidak akan menjadi masalah karena sifatnya yang ilegal, selama intruksi tertulis tidak ada sebutan Presiden PDRI  terdengar melakukan maker terhadap pemerintahan yang sah. Karena dengan  problem bangsa Indonesia yang  sudah banyak kemanapun melangkah selalu ada masalah yang menghadang.
Pada tanggal 1 maret terjadi serangan balik dari para tentara Republik ibukota Yogyakarta. Serangan itu berhasil membuat panik Belanda sehingga Yogyakarta bisa sepenuhnya dikuasai tentara Republik. Secara resmi pada 7 mei 1949 Van Roijen yang mewakili Negara Belanda bersedia untuk membebaskan para pemimpin Republik kembali kembali ke Yogya dan juga melepaskan cengkeraman militer mereka atlas Yogya, asalkan Mohamad Roem yang mewakili Republik bersedia untuk menghentikan perang gerilya pasukan Republik. Dan kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar yang membicarakan pengakuan kedaulatan kepada Republik Indonesia.
Setelah pertempuran terjadi dan akhinya bangsa Indonesia pun kembali normal tidak ada orang-orang belanda yang menyerang, Presiden Sukarno –Hatta kembali bebas, dan Mr. Syafruddin Prawiranegara bersedia ikut pulang ke Yogyakarta untuk mengembalikan mandat PDRI kepada Pemerintahan Sukarno Hatta.
Yang membuat PDRI bersedia mengembalikan mandat adalah untuk mementingkan perjuangan untuk menegakan kemerdekaan dan kedaultan Republik Indonesia serta demi persatuan nasional atlas dasar ridha Allah Swt. para pimpinan PDRI bersedia mengembalikan mandat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden. Akhirnya Syafruddin pulang ke Yogyakarta. dan pada hari minggu 17 juli 1949, berita Koran yang mengabarkan bahwa pengembalian mandat PDRI dari Syafaruddin Prawiranegara kepada Bung Hatta berjalan dengan lancar di Yogyakarta  pada tanggal 13 juli 1949. Disamping itu terdengar kabar bahwa Syarifuddin meninggal dunia.
Kesimpulan dari novel Presiden Prawiranegara yaitu dengan semangat yang tinggi para pahlwan pada masa penjajahan melawan Belanda. Kita patut menghargai dan mengambil nilai-nilai positif begitu hebatnya para pahlwan kita yang tanpa lelah menghadapi serangan Belanda, pengorbanan dan perjuangan yang telah dikorbankan pada bangsa Indonesia jiwa raga yang selalu tetap semangat meskipun nyawa menjadi taruhannya. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Novel Presiden Prawiranegara memberikan pencerahan terhadap peristiw-peristiwa terpenting yang terjadi pada waktu lamapu. Kisah sejarah yang menurut saya baik yang dikemas dalam sebuah novel Presiden Prawiranegara karya Akmal Nasery Basral yang memberi pengetahuan luar biasa kepada si pembaca.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar