NAMA :
NURMALA SARI
KELAS : IIIA / DIKSATRASIA
NIM : 2222100396
APRESIASI PROSA
FIKSI
PRESIDEN
PRAWIRANEGARA
“ Karya Akmal Nasery Basral ”
Novel presiden prawiranegara karya Akmal Nasery Basral
yang menceritakan kisah 207 hari Syafruddin Prawiranegara yang memimpin
Indonesia. Dapat kita nilai dari judulnya pun Presiden Prawiranegara, mungkin
semua orang beranggapan bahawa novel ini mengisahkan sejarah-sejarah/ peristiwa
- peristiwa penting yang terjadi pada masa lampau dan ceritanya pun menjenuhkan.
Tetapi menurut saya pun sebaliknya, memang ketika pertama saya membacanya bisa
dibilang menjenuhkan, tetapi semakin terus saya membacanya hingga akhir cerita
menurut saya sangat menyenangkan dan mengharukan karena pesan yang disampaikan
penulis.
Melalui novel
Prawiranegara sangat baik, memberikan pesan moral kepada si pembaca dan kita
sebagai generasi penerus bangsa harus menghargai perjuangan pahlawan yang telah
memperjuangkan bangsa Indonesia dari serangan Belanda. Disisi lain melalui
novel Presiden Prawiranegara kita juga dapat mengetahui bagaiman peristiwa –
perisitiwa yang terjadi pada masa silam saat bangsa Indonesia mengalami keterpurukan
saat di serang Belanda.
Disini
saya akan mengulas peristiwa – peristiwa
penting yang diceritakan dalam novel
Akmal Nasery Basral, Dimana pada tanggal 22 desember 1948 didirikannya PDRI
(Pemerintah Darurat Republik Indonesia) agar menyusul Agresi Militer ke-II yang
dilakukan Tentara Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap ibu kota
Yogyakarta, yang mengakibatkan Bung Karno, Bung Hatta beserta sejumlah pimpinan
lainnya pun ditangkap. Karena pada saat itu Indonesia sedang mengalami masalah yang cukup berat sehingga didirikanlah
PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia).
Dengan inisiatif para menteri-menteri yang di dukung
dengan semangat yang tinggi yang mendukung terbentungnya PDRI, secara langsung
diumumkan dan dipancarluaskan melalui stasiun radio darurat PDRI agar semua
warga Indonesia mengetahuinya.Maka dari sini lah terbentuk susunan-susunan
PDRI, yang bertujuan untuk menyelamatkan Indonesia dari serangan Belanda. Dari
sini semua anggota-anggota yang tergabung dalam PDRI bertugas untuk
mengantisipasi dari serangan- serangan belanda.
Dalam
kutipan dibawah dapat kita lihat para pejabat saling mengeluarkan pendapatnya
yang menyesalkan langkah Sukarno – Hatta yang bisa tertangkap oleh Belanda.
Mengapa Presiden dan Wakil Presiden dengan mudahnya menyerah kepada Belanda,
tak percaya dan menyesalkan mengapa keduanya tidak melarikan diri keluar kota
untuk menghindari penangkapan. Maka timbul pertanyaan mengapa pemimpin
Indonesia Sukarno dan Hatta menyerah begitu saja dalam menghadapi serangan dari
belanda.
Ketika
beberapa hari kemudian para pejabat di rumah Teuku Hasan yang mengeluarkan
beberapa komentar yang menyesalkan langkah yang diambil Bung Karno, sampai
Syafruddin semua hadirin untuk lebih tenang. “Bapak-bapak para pejuang Republik
yang saya hormati”, ujarnya, “ saya kita sudah saatnya sekarang kita lakukan
sekarang untuk mempertahankan kehormatan Republik. Penahanan rumah terhadap
Bung Karno dan Bung Hatta ini menurut saya pasti dilanjutkan dengan penahanan
terhadap para menteri kabinet lainnya jika mereka tetap berada di ibu
Yogyakarta.
Apa arti sebuah
negara jika pemerintahan lumpuh? Maka hakikatnya sudah tidak ada lagi negara
itu. Indonesia tidak boleh lumpuh perjuangan harus tetap dilanjutkan. Panglima
Besar Letnan Jendral Sudirman kini hanya memiliki satu paru - paru. Tetapi dengan
penyakit yang sangat berat itu pun beliau tidak mau menyerah, dan saya yakin
beliau tidak akan menyerah dengan mudah
kepada Belanda meski mati taruhannya. Sebentar lagi Bukittinggi juga akan jatuh
ke cengkraman bangsa pengecut yang tak mau bekhianat atas perjanjian yang sudah
mereka ucapkan sendiri”. (hal 126)
Maka dari situlah dibentuknya kabinet yang bebas, agar
sulit dijangkau pemerintah Belanda.Sehingga Mr. Syafruddin Prawiranegara yang
menjadi pemimpin Pemerintahan Darurat, yang menjadi pemimpin kita sampai
pemerintahan kembali normal. Persoalan yang mendesak adalah menyangkut
bagaimana PDRI bisa berjalan efektif di sekitar
Bukittinggi agar tidak jatuh ke tangan Belanda. Karena pada saat itu
Pemerintahan Pusat di Yogyakarta sudah tidak berfungsi lagi.
Oleh karena itu Syafaruddin membentuk beberapa
kelompok menerapkan strategi perjuangan untuk berpencar ke tempat - tempat yang
sulit di jangkau oleh Belanda dengan segenap jajaran TNI dan militer pun
dikerahkan turun kelapangan untuk
melakukan perang gerilya. Dimana tujuan dibentuknya PDRI bertujuan untuk
melanjutkan pungsi pemerintahan pusat di Yogya yang sekarang sedang lumpuh, dan
tugas Syafruddin sebagai ketua PDRI melanjutkan tugas Bung Karno.
Syafruddin pun lebih berhati-hati, meskipun banyak
orang yang memanggilnya presiden PDRI tetapi Safruddin menolak dengan panggilan
presiden ketika orang-orang lain malah ingin memberikan sebutan itu, disamping
itu hingga sampai saat ini Syafruddin tidak pernah menerima mandat secara resmi
dan tertulis dari Presiden Soekarno, karena membentuk rencana membentuk sebuah
pemerintahan darurat jika pemerintahan pusat terganggu karena ada satu hal lain
yang sudah beberapa kali dibicarakan pada rapat kabinet. Pernyataan ini dapat di
lihat dari kutipan;
“ Saya ingin kita semua melihat ke depan, seandainya
semua masalah ini selesai, dan ternyata benar tidak pernah ada pelimpahan resmi
dari Yogya, atau bahkan yang terburuk, mandat itu justru ada tetapi diberikan
kepada pihak lain, kepada menteri atau pemimpin Republik yang lain, maka kita
akan memikul dosa sejarah yang tidak ringan. Akan ad generasi mendatang yang
mencap kita sebagai haus kekuasaan, terutama dari diri saya sendiri sebagai
pimpinan PDRI. Akan ada anak cucu kita yang terbebani hidupnya karena masyaraka
pada zaman mereka kelak menyangka bahwa kita memanipulasi sejarah dan
mengangkat diri sendiri sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Jadi biarlah sejarah yang mencatat, bahwa walaupun
sayantidak mendapat sebutan Presiden serta pemerintah daruratyang telah
didirikan bersama, yang tidak mendapatkan sebutan yang gagah seperti yang
selama ini banyak didengar dimasyarakat, bangsa Indonesia akan melihat bahwa
yang telah bekerja demean sungguh-sungguh. Bahwa kita ikhlas untuk terus
menegakan Republik yang berdiri dengan mengobarkan banyak nyawa” (hal 239-240).
Dengan sangat hati – hati Syafruddin mengambil
keputusan dengan masalah sebutan
Presiden PDRI baginya, karena Syafruddin beranggapan jika besok ada intruksi
pelimpahan tugas dari Presiden Sukarno untuk melanjutkan Pemerintahan Darurat,
sebutan Presiden PDRI tidak akan menjadi masalah karena sifatnya yang ilegal,
selama intruksi tertulis tidak ada sebutan Presiden PDRI terdengar melakukan maker terhadap
pemerintahan yang sah. Karena dengan
problem bangsa Indonesia yang
sudah banyak kemanapun melangkah selalu ada masalah yang menghadang.
Pada tanggal 1 maret terjadi serangan balik dari para
tentara Republik ibukota Yogyakarta. Serangan itu berhasil membuat panik
Belanda sehingga Yogyakarta bisa sepenuhnya dikuasai tentara Republik. Secara
resmi pada 7 mei 1949 Van Roijen yang mewakili Negara Belanda bersedia untuk
membebaskan para pemimpin Republik kembali kembali ke Yogya dan juga melepaskan
cengkeraman militer mereka atlas Yogya, asalkan Mohamad Roem yang mewakili
Republik bersedia untuk menghentikan perang gerilya pasukan Republik. Dan kedua
belah pihak sepakat untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar yang membicarakan
pengakuan kedaulatan kepada Republik Indonesia.
Setelah pertempuran terjadi dan akhinya bangsa
Indonesia pun kembali normal tidak ada orang-orang belanda yang menyerang,
Presiden Sukarno –Hatta kembali bebas, dan Mr. Syafruddin Prawiranegara
bersedia ikut pulang ke Yogyakarta untuk mengembalikan mandat PDRI kepada
Pemerintahan Sukarno Hatta.
Yang membuat PDRI bersedia mengembalikan mandat adalah
untuk mementingkan perjuangan untuk menegakan kemerdekaan dan kedaultan
Republik Indonesia serta demi persatuan nasional atlas dasar ridha Allah Swt.
para pimpinan PDRI bersedia mengembalikan mandat kepada Presiden Sukarno dan
Wakil Presiden. Akhirnya Syafruddin pulang ke Yogyakarta. dan pada hari minggu
17 juli 1949, berita Koran yang mengabarkan bahwa pengembalian mandat PDRI dari
Syafaruddin Prawiranegara kepada Bung Hatta berjalan dengan lancar di
Yogyakarta pada tanggal 13 juli 1949.
Disamping itu terdengar kabar bahwa Syarifuddin meninggal dunia.
Kesimpulan dari novel Presiden Prawiranegara yaitu
dengan semangat yang tinggi para pahlwan pada masa penjajahan melawan Belanda.
Kita patut menghargai dan mengambil nilai-nilai positif begitu hebatnya para
pahlwan kita yang tanpa lelah menghadapi serangan Belanda, pengorbanan dan
perjuangan yang telah dikorbankan pada bangsa Indonesia jiwa raga yang selalu
tetap semangat meskipun nyawa menjadi taruhannya. Kita sebagai generasi penerus
bangsa harus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Novel
Presiden Prawiranegara memberikan pencerahan terhadap peristiw-peristiwa
terpenting yang terjadi pada waktu lamapu. Kisah sejarah yang menurut saya baik
yang dikemas dalam sebuah novel Presiden Prawiranegara karya Akmal Nasery
Basral yang memberi pengetahuan luar biasa kepada si pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar