Pendahuluan
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan
kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penulis mampu memanfaatkan
kemampuan dalam menggunakan tata bahasa, struktur bahasa dan
kosa kata. Tujuan menulis adalah menyampaikan pesan kepada pembaca. Bila
tidak dibaca, kegiatan menulis itu sia-sia. Mengajar menulis antara lain adalah
membangun kesadaran bahwa menulis itu bergantung pada pembaca (reader dependent)
dan kualitas respon pembaca menentukan keberhasilan komunikasi tulis. Belajar
menulis ibarat seperti belajar keterampilan lain yang berubah dari mudah ke
sulit, dari sini ke sana, dari sekarang ke nanti. Karena itu apa yang pertama
ditulis adalah diri sendiri, rumah sendiri, keluarga sendiri dan seterusnya.
Menulis hasil penelitian dengan menggunakan
sistematika argumentasi adalah langkah yang baik untuk menulis karangan
argumentasi. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir
kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertumpu pada bukti-bukti atau evidensi yang dapat dijalin dalam
metode-metode sebagaimana dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi dalam ber-argumentasi
terdapat motivasi yang lebih kuat. Eksposisi
hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta dipakai hanya
seperlunya. Namun argumentasi, di samping memerlukan kejelasan, keyakinan
dengan perantara fakta – fakta / bukti-bukti itu, untuk itu kelompok kami akan
menjelaskan karangan argumentasi sebagai penyelesaian tugas menulis 1.
PEMBAHASAN
A. Pengertian karangan argumentasi
Banyak ahli yang mengemukakan
pendapat mengenai karangan argumentasi, seperti Aceng Hasani, Keraf, dan
Alwasilah. Di bawah ini pemaparan karangan argumentasi menurut para ahli di
atas.
Menurut Aceng Hasani (2005:43) bahwa karangan argumentasi adalah
suatu jenis karangan yang berusaha mempengaruhi orang lain dengan cara
menyajikan bukti-bukti sebagai penguat argumentasi yang dinyatakan secara logis
dan faktual dengan tujuan pembaca atau pendengar tertarik dengan yang
dikemukakan oleh penulis.
Keraf (1997:99) mengemukakan bahwa argumentasi
adalah suatu retorika yang berusaha
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan
apa yang diinginkan penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis
berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu
menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Ahli lain, yaitu
Alwasilah (2005:116) mengemukakan bahwa argumentasi adalah karangan yang membuktikan kebenaran
atau ketidakbenaran dari sebuah
pernyataan (statement). Menurutnya argumen tidak berarti pertengkaran.
Dalam teks argumen penulis menggunakan
berbagai strategi atau piranti retorika untuk meyakinkan pembaca ikhwal
kebenaran atau ketidakbenaran itu.
Beranjak dari definisi di atas. Menurut Keraf (1997:4),
dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan
logis. Untuk itu ia harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
ada. Dalam argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat, di samping memerlukan
kejelasan, argumentasi juga memerlukan
keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu. Dengan fakta yang benar, ia dapat merangkaikan suatu
penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Seseorang yang kurang hati-hati dan tidak cermat menganalisa data-data
tersebut, dapat mengagalkan seluruh usaha pembuktiannya.
Dilihat
dari ketiga pandangan di atas mengenai karangan argumentasi, terdapat persamaan
yaitu mengenai pengertian karangan argumentasi yang telah dipaparkan oleh Aceng
Hasani dan Keraf, bahwa karangan argumentasi merupakan jenis karangan yang
berusaha mempengaruhi orang lain. Berbeda dengan Alwasilah yang berpendapat
bahwa karangan argumentasi merupakan karangan yang membuktikan kebenaran atau
ketidakbenaran dari sebuah pernyataan dengan menggunakan berbagai strategi
untuk meyakinkan pembaca.
Menurut para ahli di atas karangan argumentasi
ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan,
untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Berdasarkan
pemaparan semua ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa karangan argumentasi
merupakan suatu bentuk komunikasi tidak langsung melalui media tulisan
yang bersifat memberikan pandangan dan
memposisikan diri untuk meyakinkan orang lain. Proses meyakinkan pandangan yang
dituangkan dalam argumentasi adalah dengan cara menghadirkan evidensi atau pembuktian yang relevan dan merupakan rujukan pada pembaca agar
percaya dengan apa yang penulis paparkan dengan mengajukan bukti-bukti yang
mendukung kebenaran tulisan tersebut.
Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada
kemampuan penulis dalam mengemukakan tiga prinsip, yaitu pernyataan, alasan
yang mendukung dan pembenaran. Daud (2004:
25)
-
pernyataan
mengacu penentuan posisi dalam masalah yang masih kontroversional
-
alasan
mengacu pada usaha untuk mempertahankan pernyataan dengan meberikan
alasan-alasan atau bukti yang sesuai
-
pembenaraan
mengacu pada usaha dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan
B.
Karakteristik Karangan Argumentasi
Lamuddin (249:2009) Tulisan
argumentatif memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1)
Berisi argumen sebagai upaya pembuktian suatu pendapat atau sikap.
2)
Bertujuan meyakinkan pembaca agar mengikuti apa yang dikemukakan peneliti
3)
Menggunakan logika atau penalaran sebagai landasan berpikir.
4)
Bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi.
Evidensi adalah unsur yang terpenting dalam karangan
argumentasi. Pada hakikatnya evidensi adalah
semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau semua otoritas dan
sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta
dalam kedudukan evidensi ini tidak boleh
dicampur adukkan dengan yang kita kenal pernyataan atau penegasan. Dalam
wujud yang paling rendah, evidensi ini berbentuk data atau informasi yang
didapat dari suatu sumber tertentu (Keraf, 1997:9).
5)
Bersifat mendesakkan pendapat atau sikap
kepada pembaca.
6) Merupakan bentuk retorika yang sering
digunakan dalam tulisan-tulisan
ilmiah.
7) Menggunakan bahasa yang bersifat rasional dan
objektif dengan kata-kata
bermakna lugas atau denotatif.
C.
Syarat-syarat
dan Pertimbangan Menulis Karangan Argumentasi
Dalam menulis suatu tulisan argumentatif, terdapat
beberapa syarat yang harus diperhatikan. Syarat-syarat tersebut, di antaranya
sebagai berikut:
1)
Harus mengetahui benar pokok persoalan yang akan di argumentasikan berikut
argumen-argumennya.
2)
Harus berusaha mengemukakan permasalahan dengan sejelas-jelasnya sehingga mudah
dipahami pembaca.
3)
Argumentasi harus mengandung kebenaran untuk mencapai hasil karangan yang logis
dan benar.
4) Evidensi baik
berupa bukti, contoh, maupun alasan-alasan harus dikemukakan berdasarkan logika atau penalaran budi akal sehingga
tersusun sebuah karangan argumentasi yang logis dan sistematis.
Syarat-syarat
di atas diperkuat oleh pendapat Alwasilah (2005:116) bahwa argumen mengandalkan berbagai jenis appeal, yakni banding atau pertimbangan. Jenis-jenis appeal yang lazim dipakai para penulis menurutnya adalah sebagai
berikut:
a)
Appeal to the writer’s own credibility (authority)
Pertimbangan kreadibilitas atau otoritas kepakaran
sang penulis dengan menunjukkan dirinya menguasai (tahu banyak) ikhwal suatu
persoalan dengan tetap menghargai pandangan pembaca.
b)
Appeals to empirical
data
Pertimbangan data empiris (data yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan atau
penelitian) dengan menyajikan data primer atau sekunder untuk memperkuat
argumen.
-
Data sekunder ialah bukti teoritik
yang diperoleh melalui studi pustaka.
-
Data primer adalah bukti penulisan
yang diperoleh dilapangan yang dilakukan secara langsung oleh penulisnya. Untuk
pembuktian suatu kasus penulisan ilmiah (laporan), penulis harus mengumpulkan
data atau informasi secara cermat dan tuntas. Jika data tidak lengkap
kesimpulan yang dihasilkan tidak valid (tidak sah). Selain itu data juga harus
diuji kebenaran dan keabsahannya. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam
karangan data harus diuji atau di evaluasi kebenaranya sehingga diketahui
secara pasti data itu merupakan fakta. Data dapat diuji dengan wawancara,
angket, observasi/penelitian lapangan, atau penelitian kepustakaan.
c)
Appeals to reason (logical appeals)
Pertimbangan nalar atau logika, yakni bernalar
dengan tepat ketika mengajukan pendapat disertai bukti-bukti yang meyakinkan. Dengan
menghubungkan pengamatan (observasi berdasarakan data empirik) dengan
kejadian-kejadian yang ada di dunia ini. Kemudian, pengamatan dan kejadian
tersebut menjadi suatu konsep dan pengertian baru. Kemudian dilanjutkan dengan proses
berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan
pembuktian, dan diakhiri kesimpulan.
d) Appeals
to the reader’s
emotions, values, or
attitudes (pathetic or
affective appeals)
Yaitu pertimbangan nilai-nilai, emosi, dan sikap
dengan memilih contoh-contoh yang memunculkan isu-isu yang diharapkan dapat meluluhkan
perasaan pembaca dengan menggunakan bahasa yang kaya makna konotatifnya.
Menurut Alwasilah (2005:117), keempat pertimbangan
tersebut harus digunakan secara proporsional. Jika yang di andalkan adalah
pertimbangan otoritas atau kreadibilitas diri, maka kesan yang muncul adalah
bahwa penulis tidak peduli dengan emosi
pembaca atau seolah-olah melupakan
bahwa pembaca juga mampu bernalar. Di samping itu, jika terlalu mengandalkan pertimbangan logika, akan membuat
tulisan menjadi berdarah dingin, kaku, kejam, dan tak bernurani. Sebaliknya,
jika terlalu mengandalkan pertimbangan
nurani pembaca membangun kesan bahwa penulis lembek, tak berpendirian dan mudah
terbawa angin.
D.
Komponen dalam Karangan Argumentasi
Keraf (1997:104-107) mengemukakan bahwa dalam
argumen terdiri atas tiga komponen, yaitu:
a)
Pendahuluan
Pendahuluan tidak lain dari pada menarik minat pembaca,
memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan serta
menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan
tersebut. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk
menarik perhatian pembaca yang tidak ahli
sedikit pun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta pendahuluan yang perlu
untuk memahami argumentasinya.
b)
Tubuh
argumen
Seluruh
proses penyusunan argumen
terletak pada kemahiran
dan keahlian penulisnya. Selama
menggarap argumentasinya, pengarang
harus terus menerus menempatkan
dirinya dipihak pembaca.
c)
Kesimpulan
dan ringkasan
Dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan
dalam argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan dan
menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai dan
mengapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Dalam tulisan-tulisan biasa, dimana tidak boleh dibuat kesimpulan-kesimpulan,
maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesuai dengan urutan
argumen-argumen dalam tubuh karangan itu.
E.
Dasar dan sasaran Karangan Argumentasi
Dengan mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai alat
bantu utama, maka argumentasi atau tulisan argumentatif yang ingin mengubah
sikap dan pendapat orang lain bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju
sasaran yang hendak dicapainya. Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik
tolak argumentasi adalah:
1.
Pengarang harus mengetahui serba
sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai
prinsip-prinsip ilmiahnya.
2.
Pengarang harus bersedia
mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan
dengan pendapatnya sendiri.
Disamping
kedua prinsip di atas, penulis atau pembicara harus memperlihatkan pula ketiga
prinsip tambahan berikut:
1.
Penulis argumentasi harus berusaha
untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas; ia harus menjelaskan
mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan
pula konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
2.
Penulis harus menyelidiki
persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup
dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan
yang telah dirumuskannya itu.
3.
Dari semua maksud dan tujuan yang
terkandung dalam persoalan itu, maksud yang mana yang lebih memuaskan penulis
untuk menyampaikan masalahnya.
Di samping prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, penulis
selalu berusaha pula untuk membatasi persoalannya, dan menetapkan di mana
terletak titik atau sasaran ketidaksesuaian pendapat antara pengarang dan
pembaca. Dengan demikian ia dapat mengubah keyakinan atau mempengaruhi sikap
dan tindakan pembaca.
Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik
ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk di amankan oleh
setiap pengarang argumentasi adalah:
a.
Argumentasi itu harus mengandung
kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan
diargumentasikan.
b.
Pengarang harus berusaha untuk
menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
c.
Sering timbul ketidaksepakatan dalam
istilah-istilah.
d.
Pengarang harus menetapkan secara
tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.
F.
Langkah-Langkah Menyusun Karangan Argumentasi
Penyusunan atau penulisan karangan argumentasi dapat
dilakukan dengan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memilih dan menentukan pokok permasalahan.
2)
Merumuskan pokok permasalahan dengan kalimat yang jelas dan membuat
garis besar.
3)
Menetapkan tujuan.
4)
Mengumpulkan bahan-bahan yang berupa fakta, keterangan, kesaksian orang lain, atau para ahli.
5) Mempelajari
pustaka dan mencatat kutipan.
6) Menganalisis, menguji, membandingkan,
menghubungkan (fakta, keterangan, kesaksian, catatan, kutipan) menguraikan, menyusun keterangan dengan
menarik dan logis, serta membuat kesimpulan
atau ringkasan.
7) Membaca
ulang naskah karangan argumentasi demi perbaikan dan penyempurnaan.
E. Persamaan argumentasi dengan eksposisi:
Semi (74:2007) Karangan argumentasi dengan karangan
eksposisi terdapat persamaan, di antaranya yaitu:
1.
Argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan
pendapat, gagasan, dan keyakinan penulis
2.
Keduanya memerlukan analisis dan sintesis
3.
Sumber gagasan dapat berasal dari
pengalaman, penelitian, serta sikap dan keyakinan (daya khayal jarang digunakan
sebagai sumber gagasan)
4.
Keduanya menggunakan fakta atau data
yang berupa angka, peta, statistik, atau gambar.
F.
Perbedaan karangan argumentasi
dengan karangan eksposisi
Bagian Karangan
|
Argumentasi
|
Eksposisi
|
Pembuka
atau pendahuluan
|
Menarik
perhatian pembaca pada persoalan yang akan dikemukakan.
|
Memperkenalkan
kepada pembaca tentang topik yang akan dipaparkan dan tujuan paparan
tersebut.
|
Tujuan
|
Meyakinkan pembaca.
|
Memberi
informasi atau menjelaskan kepada pembaca agar pembaca memperoleh gambaran
yang jelas.
|
Penggunaan
data, contoh, gambar, dsb
|
Untuk
membuktikan bahwa apa yang dikemukakan penulis dalam tulisan itu benar.
|
Untuk
lebih menjelaskan atau memperjelas isi karangan.
|
Penutup
|
Menyimpulkan
apa yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya.
|
Menegaskan
lagi apa yang telah diuraikan sebelumnya.
|
Catatan:
1.
Bagian pembuka dan penutup
argumentasi tidak boleh terlalu panjang.
Pada bagian pembuka dapat disampaikan latar belakang timbulnya
masalah,
sistematika yang digunakan dan tujuan argumentasi itu ditulis.
2.
Kesimpulan yang dikemukakan harus
benar dan ditarik dari uraian
sebelumnya
dan tidak boleh menyimpang.
3.
Apabila masalah yang dikemukakan
perlu pemecahan, dapat disampaikan saran atau usul setelah kesimpulan.
4.
Penutup tidak harus berupa
kesimpulan, tetapi dapat pula berupa ringkasan
mengenai apa yang telah dikemukakan
sebelumnya.
Dari
beberapa ahli di atas dapat disimpulan bahwa
cara membuat karangan argumentasi yang baik harus memperhatikan
hal-hal berikut:
1.
Berpikir sehat, kritis dan logis
2.
Mampu mencari, mengumpulkan, memilih
fakta yang sesuai dengan tujuan dan topik, serta mampu merangkaikannya untuk
membuktikan keyakinan atau pendapat kita
3.
Menjauhkan emosi dan subjektivitas
4.
Mampu menggunakan bahasa secara baik
dan benar, efektif, dan tidak menimbulkan salah penafsiran.
Contoh Karangan Argumentasi
Televisi telah mendatangkan banyak perdebatan yang
tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang ditampilkan oleh
televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah mampu memilih,
memilah dan memahami apa yang ditayangkan dilayar televisi. Namun bagaimana
dengan anak-anak? Dengan segala kepolosan yang dimilikinya, belum tentu mereka
mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan dilayar televisi dengan
tepat dan benar. Padahal Keith W. Mielke sebagaimana dikutip
oleh Arini Hidayati dalam bukunya berjudul ‘Televisi dan Perkembangan Sosial Anak’ mengatakan bahwa: “Masalah paling
mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi,
melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta
guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan
belajar mereka.”(1998:74).
Kutipan tersebut di atas jelas bahwa yang harus
diwaspadai oleh para guru dan orang tua adalah acara apa yang ditonton anak di
televisi itu dan bukannya berapa lama anak menonton televisi. Padahal
kecenderungan yang ada justru sebaliknya. Orang tua jarang benar-benar
memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih sering melarang
anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena bisa mengganggu jam
belajar mereka. Di
samping itu, apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut
menonton tayangan-tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan untuk
anak-anak? Pernahkan orang tua memperhatikan, apakah tayangan untuk anak itu
memang sesuai dengan usianya? Padahal disinilah peran orangtua menjadi sangat
penting artinya. Orang tualah yang menjadi guru, pembimbing, pendamping dan
pendorong pertumbuhan anak yang paling utama. Dari orangtualah anak pertama kali
belajar tentang sesuatu kebenaran dan kemudian menanamkan kepercayaan atas
kebenaran itu.
Sudah menjadi tanggung jawab orang tua pula untuk
selalu mendampingi anak-anak dalam menonton televisi, memberikan pengertian dan
penjelasan atas apa yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Memberikan penjelasan
kenapa suatu tindak kekerasan bisa terjadi dan apa akibat dari semua itu. Orang tua juga harus
jeli dalam melihat program-program acara televisi yang ditonton oleh anak.
Apakah cocok dengan usianya, apakah bersifat mendidik atau justru malah merusak
moral si anak. Mungkin sebagai orang tua, tidak akan kesulitan untuk langsung
melarang seorang anak untuk menonton film-film dewasa yang mengandung unsur
seks dan kekerasan secara vulgar, karena dengan memandang sepintas lalu saja
sudah jelas diketahui bahwa acara tersebut tidak cocok untuk anak. Tetapi pernahkah
orangtua mengamati film-film kartun yang kelihatannya memang sudah layak
menjadi konsumsi anak-anak? Pernahkah orang tua peduli bahwa berbagai tayangan
film kartun Jepang yang mempertontonkan heroisme, seperti film seri Kenji,
Dragon Ball dan sebagainya telah menyebabkan seorang anak menjadi seorang yang
agresif? Demikian pula dengan tayangan film-film kartun yang penuh romantisme
seperti Sailor Moon? Dan bagaimana pula dengan film-film yang lain? Sebuah
penelitian menyebutkan bahwa tingkat pornografi pada film kartun anak-anak itu
cukup tinggi, dan di antara film-film kartun anak di Asia, film kartun produksi
Jepang menempati posisi paling tinggi dalam penayangan unsur pornografi.
Sebagai contoh, Film Seri Crayon Sinchan yang sekarang begitu di gemari di
Indonesia, ternyata di Jepang sendiri film tersebut tidak diperuntukkan untuk
konsumsi anak-anak melainkan untuk konsumsi orang dewasa yang ingin kembali ke
masa kanak-kanak. Akibatnya saat ini muncul perdebatan yang cukup seru dalam
membahas masalah film seri Crayon Sinchan ini.
Sebuah tulisan di Jawa Pos yang mengetengahkan
keprihatinan terhadap film tersebut mengatakan bahwa “Sosok sinchan itu tidak
cocok untuk menjadi teladan bagi anak-anak. Sinchan sering bertindak kurang
ajar dan kekurang ajarannya itu sering mengarah ke masalah seks. Sebagai anak
kecil, Sinchan sering bermimpi tentang perempuan - perempuan dengan bikini dan ia pun senang sekali
menyingkapkan rok ibunya”.
Memang dikatakan oleh Joseph T. Klapper “bahwa
media bukanlah penyebab perubahan satu-satunya melainkan ada faktor-faktor lain
yang menengahi (mediating factors)”. Namun bagaimanapun juga, jika mengacu pada
teori efek media maka terdapat teori Belajar, dimana seseorang itu belajar
melakukan sesuatu dari media. Seorang anak bisa dengan fasihnya menirukan
ucapan atau lagu-lagu yang di dengarnya di televisi. Mereka pun dengan segala
kepolosan dan keluguannya sering pula menirukan segala gerak dan tingkah laku
tokoh idolanya di televisi. Dengan demikian tidaklah mustahil jika anak-anak
pun akan menirukan kenakalan Sinchan dengan segala kekurang ajarannya. Atau
menirukan tindakan Superman ketika menumpas kejahatan dengan memukuli anak lain
yang di anggapnya sebagai musuh. Dan ini menjadi langkah pembenar setiap
anak-anak berbuat sesuatu, yang bisa jadi melanggar norma umum yang ada di
tengah masyarakat kita.
Langkah Antisipasi bagaimanapun juga kehadiran televisi
merupakan sebuah kebutuhan, tidak sekadar sebagai sarana untuk memudahkan kita
mengakses setiap informasi tapi juga berperan sebagai sarana penghibur yang
mudah untuk kita dapatkan. Tetapi, tetap saja efek negatif selalu ada dan ini
perlu untuk di antisipasi secara serius. Apalagi kalau yang terkena dampaknya
adalah anak-anak yang notabene mereka akan menjadi iron stock di masa
datang.
Secara khusus penulis berharap orang tua yang secara
langsung berhubungan dan berkaitan dengan pengaruh televisi terhadap anak-anak
bisa mengambil langkah-langkah nyata. Walaupun tidak menutup kemungkinan
memberikan alternatif solusi terhadap pihak terkait seperti pihak media
televisi dan para pemerhati media secara umum. Pertama, jelas perlu ada
sosialisasi secara massif kepada para orang tua tentang bahaya program yang ada
di televisi pada setiap media yang ada, termasuk koran ini dan juga diperlukan
kewaspadaan yang penuh dengan tidak membiarkan anak-anak menonton televisi
dengan bebas. Meskipun label pihak televisi yang diberikan adalah acara untuk
anak. Kedua, perlu penjagaan program acara televisi secara langsung dengan cara
mendampingi waktu anak-anak menonton televisi dan sekaligus bisa memberi
penjelasan saat dibutuhkan. Untuk itu, kesiapan orang tua untuk mendampingi di
tengah kesibukan seabrek kegiatan mutlak diperlukan. Ketiga, perlu di upayakan
pemberdayaan masyarakat dengan di adakan lembaga kontrol yang bisa memberi
masukan dan kajian kritis tentang isi program siaran televisi dan dampak yang
ada.
Penilaian Karangan Argumentasi secara Analitik
Aspek –aspek
|
Presentase
|
-
Bukti –
bukti
-
Pertimbangan
kredibilitas atau otoritas
-
Pertimbangan
nalar atau logika
-
Pertimbangan
emosi pembaca
-
Pertimbangan
data empirik
-
Mekanik
-
Konklusi(simpulan
keseluruhan)
|
30%
15%
20%
10%
15%
5%
5%
|
Jumlah
|
100%
|
Dapat disimpulkan bahwa, presentase
yang tertinggi dalam karangan argumentasi di atas yaitu Bukti-bukti dengan besar
presentase 30%. Karena bukti-bukti merupakan hal yang paling pokok yang harus ada
dalam suatu karangan argumentasi agar memperkuat argumennya dan pembaca merasa yakin dengan argumen tersebut.
KESIMPULAN
Karangan
argumentasi adalah karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidak-benaran
dari sebuah pernyataan (statement), yang bertujuan meyakinkan atau membujuk
pembaca tentang kebenaran pendapat penulis. Karya tulis argumentas pada dasarnya merupakan bagian
dari karya eksposisi, sifat – sifat karya eksposisi ada pada argumentasi. Sifat
khusus yang dimilikinya, yaitu untuk meyakinkan atau membujuk pembaca agar
menerima pandangan penulis, maka karya eksposisi semacam ini dinamakan
argumentasi.
Dalam karangan
argumentasi, penulis harus mengetahui secara jelas tentang subjek yang akan
diteliti, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Penulis harus bersedia mempertimbangkan
pendapat-pendapat sendiri sehingga dapat memperkuat informasi yang dia
butuhkan, yang ketiga harus mengandung arti, bahwa karangan argumentasi harus mengemukakan
persoalan secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Semi, Atar.
2007. Dasar-dasar keterampilan menulis.
Bandung: Angkasa
Keraf, Gorys. 1997. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Hasani, Aceng. 2003. Diktat
Menulis Kreatif. Serang : Untirta Press
Alwasilah, A. Chaedar. 2005. Pokoknya Menulis. Cetakan Pertama. Bandung
: PT. Kiblat Buku Utama
Finoza,
Lamuddin.2009. Komposisi Bahasa Indonesia.
Jakarta:Diksi Insan Mulia
Daud, 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Erlangga
Sumber Internet :
BalasHapusLegendaQQ.Net
Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang
LEGENDARIS !!!
Min Depo 20Rb !!!
Kartu Para Sang LEGENDA !!!
WinRate Tertinggi !!!
Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan
diri anda di Legenda QQ
Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama
kami !!!
Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar"
nya !!!
Contact Us :
+ live chat : legendapelangi.com
+ Skype : Legenda QQ
+ BBM : 2AE190C9