Minggu, 28 April 2013

APRESIASI PROSA FIKSI novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


NAMA            : NURMALA SARI
KELAS           : III A / DIKSATRASIA
NIM                : 2222100396

                                                APRESIASI PROSA FIKSI
                                    Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
                                                            Karya, Tere Liye

            Pada minggu ini saya ditugaskan untuk mengapresiasi novel populer, pertama saya bingung novel apa saja yang populer, menurut saya banyak! Tetapi novel yang dimaksud yaitu novel karya artis, saya juga dilanda kebingungan lagi karena artis siapa saja yang telah menulis  novel atau pun cerpen. Kemudian pada hari seninnya saya langsung pergi ke toko buku, dan menanyakan kepada penjual buku tersebut novel karya artis apa saja? Si penjualnya memberikan beberapa novel salah satunya karya Tere Liye, saya juga tidak begitu tahu dengan penulisnya. Tetapi si penjualnya berkata “ itu semua karya artis” termasuk novel Tere Liye. Yasudah saya langsung membelinya novel karya Tere Liye yang berjudul “Daun yang Kering Tak Pernah Membenci Angin” tidak berpikir panjang, meskipun novelnya lumayan tebal hingga 256 hal apa boleh buat.
Saya pikir banyak orang yang akan mencari novel karya artis seperti ini, dari pada saya tidak mendapatkan sama sekali. disamping itu waktunya pun begitu mepet untuk membacanya hingga kejar tayang selama 2 hari untuk membaca novel, selama 2 hari, hari – hari saya disibukan dengan membaca nove ternyata lama – lama pusing juga, bangun pagi hingga tidur kembali tetapi allhamdulillah selesai pada waktunya. Meskipun ketika membacanya dilanda perasaan malas dan bosan, hal itu terjadi karena ketika ditugaskan untuk mengapresiasi novel tidak ditentukan jadi perasaan itu timbul. Kendala yang saya hadapi ketika membaca novel ini yaitu bentar – bentar ngantuk pengen tidur terus dipanggil-panggil suruh makan otomatis saya tunda, maka saya pun lupa-lupa ingat dengan jalan ceritanya.
            Menurut saya novel populer itu tidak ada bedanya dengan novel – novel sastra lainnya, jalan cerita yang diambil pun sudah tidak asing lagi ditelinga yaitu masalah percintaan cuman perbedannya hanya dari segi bahasa yang digunakan, menggunakan kata - kata yang lebih modern contohnya menggunakan bahasa campuran yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Yang menarik dalam novel ini yaitu covernya, menurut saya unik demean gambar daun yang jatuh dan berwarna hijau. Novel yang berjudul “Daun yang Kering Tak Pernah Membenci Angin” karya Tere Liye. Menurut saya  jalan ceritanya begitu mengharukan, perjalanan hidup seseorang yang begitu pahit hingga harus hidup dijalanan.
Berawal dari keluarga jalanan yang tinggal dirumah kardus, yang mana keluarga tersebut memilki dua orang anak. kesehariannya hidup dijalanan dengan  mengamen dan harus bekerja dari pagi hingga malam dijalanan tak ada situai yang lebih buruk dari pada masa lalu tersebut.  Kehidupan itu berlangsung saat ayahnya sudah meninggal. Saat ayahnya masih hidup kehidupnanya masih berjalan normal. Tetapi kehidupan yang sangat memprihatinkan itu berubah begitu cepat yang akhirnya indah pada waktunya.
Perubahan itu terjadi saat Tania dan dede adiknya sedang mengamen dibus, bertemu dengan sesorang kakak yang menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru.  ketika dede mengedarkan kantong plastik lecek bekas permen, namun setengah jalan dede menginjak paku payung cukup besar sempurna tertanam dalam telapak kakinya sampai mengeluarkan darah yang cukup banyak, disisi lain dede dan Tania tidak memakai sendal. Kemudian ada sesorang yang menegur dan mengeluarkan sapu tangan untuk menutupi lukanya dan memberi uang untuk membeli obat merah. Di lain kesempatan dede dan Tania pun bertemu dengan kakak tersebut dan diberi sepasang sepatu untuk mereka pakai.
 Dari situlah dede dan Tania bertemu dengan sesorang yang telah merubah kehidupan yang sebelumnya buruk menjadi lebih baik, sesorang tersebut bernama Danar Danar. Kebahagiaan itu sangat merubah segalanya dalam hidupnya, yang tadinya Tania dan adiknya tidak sekolah sekarang dapat bersekolah hingga sampai sukses. kebahagiaan yang dirasakan oleh Tania dan keluarganya begitu lengkap. Tetapi disaat kebahagiaan itu dirasakan teselip kesedihan yang amat mengharukan disaat ibunya pergi meninggalkan Tania dan adiknya untuk selamanya, kesedihan yang begitu lengkap dirasakan oleh Tania dan adiknya.
Ibu pergi bukan karena tak sayang lagi kepada Tania dan dede, tetapi ibunya pergi untuk mengajarkan sesuatu bahwa hidup harus menerima, harus mengerti, menerima, pemahaman yang tulus tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang meskipun kejadian yang sedih dan menyakitkan. maka jangan pernah menatap gelapnya masa depan jangan takut bercermin pada masa lalu yang menyakitkan. Tak ada yang perlu disesali, tak ada yang perlu ditakuti biarkan jatuh sebagaiman semestinya. Semenjak kematian ibunya Tania dan dede tinggal bersama Danar hingga beranjak dewasa. Tania pun melanjutkan sekolahnya di singapura tetapi dede melanjutkan sekolahnya tetap dijakarta.
  Seseorang yang mereka anggap malaikat dalam kehidupannya, yang telah memberi kasih sayang, perhatian dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Tetapi Tania membalas semua itu dengan membiarkan perasaanya tumbuh berkembang. Ibunya pernah berkata tak layak Tania mencintai malaikat keluarganya itu, tetapi perasaan itu muncul begitu saja hingga tak tertahankan bahkan sejak Tania masih berumur 11 tahun hingga dewasa perasaan itu tumbuh berkembang., yang paling menyakitkan yaitu ketika danar memutuskaan untuk menikah dengan seorang perempuan yang bernama Ratna.meskipun pada akhirnya Danar pun memilki perasaan yang sama terhadap Tania, tetapi Danar menguburnya dalam-dalam karena disisi lain Tania hanya sosok perempuan yang dia anggap sebagai adik. Walaupun seseorang malaikat keluarganya itu tak pernah menganggap perasaan Tania yang lebih dari seorang adik. Tetapi Tania tak memperdulikannya, dia tak pernah menyesali perasaan yang telah tumbuh begitu saja dihatinya dan dia juga tidak pernah menyesali pertemuannya dengan seseorang yang telah merubah hidupnya keluarganya. Biarkan perasaan itu hilang begitu saja meskipun itu sangat menyakitkan bagai sehelai daun yang tak pernah membenci angin. Intinya cinta itu tak haus memilki.
Kesimpulan, Dari cerita diatas kita dapat temui dalam kehidupan nyata. Rumah kardus, anak jalanan mungkin kita sering jumpai dalam kehidupan kita sehari – hari. Dan jarang sekali kita temui sosok Danar mungkin 1 banding 1000, yang mana danar yang memiliki jiwa sosial yang tinggi memungut keluarga yang hidup dijalanan dengan memberikan penghidupan yang layak, memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik. Kita patut mensyukuri atas nikmat yang telah tuhan berikan kepada kita. Masih ada orang yang diluar sana yang hidup serba kekurangan. Maka jangan sia – siakan hidup kita dengan melakukan hal – hal yang tidak ada manfaatnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar