Minggu, 28 April 2013

sejarah sastra

Pendahuluan
Nama angkatan Pujangga Baru diambil dari sebuah nama majalah sastra yang terbit tahun 1933. Majalah itu bernama Pujangga Baroe. Majalah Pujangga Baru dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane, dan Armijn Pane. Keempat tokoh tersebutlah sebagai pelopor Pujangga Baru.
       Angkatan Pujangga Baru disebut Angkatan Tiga Puluh. Angkatan ini berlangsung mulai 1933 – 1942 (Masa penjajahan Jepang). Karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat adalah kebudayaan dinamis.
Kebudayaan tersebut merupakan gabungan antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur sehingga sifat kebudayaan Indonesia menjadi universal dan diantara sastrawan poejangga baru tersebut ada beberapa roman, drama dan puisi yang dianalisis dibawah ini yaitu roman dari Nur Sutan Iskandar, puisi Buah Rindu karya Amir Hamzah, dan drama Airlangga karya Sanusi Pane
Ø     PERIOD 1933-1943
Roman “ SALAH PILIH “ karya Nur Sutan Iskandar
Biografi pengarang,
Nur Sutan Iskandar (lahir di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3 November 1893 – meninggal di Jakarta, 28 November 1975 pada umur 82 tahun) adalah sastrawan Angkatan Balai Pustaka.
Nur Sutan Iskandar memiliki nama asli Muhammad Nur. Seperti umumnya lelaki Minangkabau lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah. Gelar Sutan Iskandar yang diperolehnya kemudian dipadukan dengan nama aslinya dan Muhammad Nur pun lebih dikenal sebagai Nur Sutan Iskandar sampai sekarang.
Setelah menamatkan sekolah rakyat pada tahun 1909 Nur Sutan Iskandar bekerja sebagai guru bantu. Pada tahun 1919 ia hijrah ke Jakarta. Di sana ia bekerja di Balai Pustaka, pertama kali sebagai korektor naskah karangan sampai akhirnya menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Balai Pustaka (1925-1942). Kemudian ia diangkat menjadi Kepala Pengarang Balai Pustaka, yang dijabatnya 1942-1945.
Beberapa karya nur sutan iskandar, Antara lain:
  1. Apa Dayaku karena Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka, 1923)
  2. Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
  3. Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)
  4. Abu Nawas (Jakarta: Balai Pustaka, 1929)
  5. Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
  6. Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
  7. Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)

Ø  SINOPSIS ROMAN SALAH PILIH
 Novel Salah Pilih karangan Nur Sutan Iskandar menceritakan tentang kisah disebuah daerah di Minangkabau, tinggal sebuah keluarga.Seorang ibu, saudara perempuannya, dan seorang anak perempuan terdapat dalam keluarga tersebut. Anak perempuan itu bernama Asnah, ia adalah anak angkat dari Mariati. Asnah adalah seorang gadis yang cantik, baik, sopan, lembut, serta taat dan patuh terhadap Mariati, walaupun Mariati hanyalah ibu angkatnya. Kebaikan hati Asnah itu yang membuat Mariati sangat sayang terhadap Asnah, oleh karena itu Asnah menjadi  pengobat dalam setiap sakitnya dan penghibur dikala susah.
Setiap kali perlu sesuatu, Mariati lebih senang dilayani oleh Asnah dari pada oleh Siti Maliah,Siti Maliah kadang-kadang merasa iri terhadap Asnah karena tak jarang pekerjaannya tidak terpakai oleh Mariati. Walaupun demikian, Siti Maliah tetap senang dan sayang terhadap Asnah karena gadis tersebut sangat baik.Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya. Namun karena Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tidak selalu bertemu dengan Asnah untuk sekedar berbagi cerita. Namun, seiring berjalannya waktu, berubah perasaan Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanya sebatas perasaan sayang terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu terus mengalir hingga menumbuhkan benih-benih cinta dihati Asnah. Walau demikian, Asnah tak ingin Asri mengetahui perasaan dirinya.
Sebisa mungkin dia bersikap biasa ketika Asri pulang. Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di Kampung halamannya saja karena ia merasa sudah tua dan sakit-sakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati tadi sangat bertentangan dengan keinginan hati Asri, karena ia ingin sekali meneruskan sekolahnya ke tingkat SMA atau ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak yang ingin berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut. Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang untuk menikah. Asri menyetujui saja keinginan ibunya tersebut, tetapi dia masih bingung dalam mencari calon istri untuk dirinya.
Asnah begitu kaget ketika ia mendengar bahwa Asri akan segera menikah. Tapi ia berusaha sebisa mungkin menutupi perasaannya tersebut. Asri masih bingung memilih calon untuk dijadikan istrinya, sebenarnya Asri dan Asnah boleh saja menikah, tetapi karena adat istiadat yang berlaku pada saat itu maka tidak pantas mereka untuk menikah karena dianggap masih berasal dari satu kaum. Lalu dipilihlah wanita di Negerinya yang belum menikah. Akhirnya Asri menemukan seorang gadis yang ia rasakan cocok untuk menjadi pendampingnya kelak. Gadis itu adalah Saniah. Keinginannya melamar saniah bukanlah tanpa alasan. Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah adalah seorang perempuan yang baik hatinya, dan lembut. Namun ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro.
Oleh karena itu Asri memutuskan untuk meminang Saniah  karena ia merasa bahwa Saniah pun tak jauh beda dengan kakaknya, baik rupa maupun raut wajahnya. Sampai suatu saat Asri bersama  ibunya memutuskan untuk bertamu ke rumah keluarga Saniah. Keluarga itu adalah keluarga orang yang terpandang, keluarga seorang bangsawan kaya dan terpelajar. Walaupun ibu Saniah memiliki raut wajah yang kaku dan cenderung angkuh, namun Asri yakin bahwa sifat Saniah berbeda jauh dengan ibunya. Lalu, tak berapa lama, Asri memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan acara pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah benar-benar menampakkan raut wajah yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga Asri. Sifat demikian itu yang  membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu.
Tak lama, dilangsungkanlah upacara perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat meriah. Setelah menikah, mereka berdua pindah ke Rumah Gadang milik keluarga Asri. Dari situlah diketuahui bahwa sifat  Saniah tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat sebelum menikah. Saniah begitu memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah adalah seorang anak angkat. Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang berasal dari kaum terpandang. Ternyata, sifat Saniah begitu angkuhnya, berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu sering berkata menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah. Bahkan terhadap mertuanyapun, Saniah  bersikap yang kurang sopan. Namun Asnah adalah seorang gadis yang  tegar dan sabar yang mempunyai hati yang lapang,dia tak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu. Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin menjadi-jadi. Bahkan sekarang dia berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia juga berkata kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat kalau adat Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah. sehingga kesabaran Asri makin berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke rumah orang tuanya dimana pada saat itu Sidi Sutan datang menjemput. Yang semula bermaksud menjemput Saniah dan Asri, namun karena pertengkaran itu, jadilah Saniah pulang sendiri dan dalam perjalanannya mengalami kecelakaan dimana mobilnya masuk ke dalam jurang. Saniah pun meninggal dunia. Pada akhirnya, Asri dan Asnah pun menikah di luar adat dan mereka pun menempuh hidup baru di Jakarta. Setelah beberapa tahun, orang dari kampung halaman Asri pun meminta dia sebagai ketua desa karena mereka menginginkan seseorang yang berintelektual tinggi.







Ø Analisis Novel Salah Pilih

Unsur – unsur intrinsik

·         TEMA :
 Di dalam novel ini adalah tentang salah pilih, sama seperti judulnya. Di dalam cerita ini di ceritakan tentang masalah si tokoh utama salah memilih perempuan untuk menjadi istrinya, yang akhirnya merambat ke masalah-masalah lainnya.
·         TOKOH :
1.        Asri                         Protagonis
2.        Asnah                     Protagonis
3.        Saniah                     Antagonis
4.        Ibu Mariati              Tritagonis
5.        Siti Maliah              Protagonis
6.        Rusiah                     Tritagonis
Dan Sutan Sinaro, Haerudin,Sutan sinaro dll.
·         PENOKOHAN
1.        Asri                      : Ceroboh, Penyabar dan Penurut
2.         Asnah                    : Sifatnya penyabar, karena asnah begitu lama memendam perasaannya kepada kakak angkatnya yaitu asri.
3.         Saniah                      :Istri Asri, tetapi bercerai setelah Asri mengetahui watak dan tingkah laku saniah yang sebenarnya yaitu jahat dan licik.
4.         Ibu mariati                : Ibu Asri yang memiliki sifat yang baik terhadap Asnah dan menganggap Asnah sebagai anak kandungnya sendiri meskipun asnah bukan anak kandungnya.
5.      Siti maliah                 : baik, selalu memberikan motivasi asnah dan
asri.
6.         Rusiah                      : Seorang gadis yang cantik dan baik sekaligus kakak dari saniah.
·         LATAR
Latar tempat, cerita ini pertama-tama tidak digambarkan secara langsung, tetapi banyak imajinasi dan diksi yang membantu kita memahami latar tempat tersebut, seperti ‘rumah gadang’,Latar tempat diambil di daerah Padang.
·         ALUR
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju kronologis, dan alur yang bisa di bilang cepat. Karena cerita di tulis langsung ke poin-poinnya dan Kejadian-kejadian di dalam cerita ini disusun dengan sangat teratur, karena si penulis memisahkan satu bagian ke bagian lainnya melalui bab-bab di dalam novel ini.
·         SUDUT PANDANG
Dalam novel ini sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Karena pengarang menceritakan tokoh utama dengan menyebut namanya, misalnya Asri, Asnah dan lain-lain.
·         GAYA BAHASA
Gaya bahasa di cerita ini bisa di bilang membingungkan, karena penulis menuliskan cerita ini dengan bahasa yang tidak terlalu dikenal oleh orang-orang jaman sekarang. Banyak kata-kata yang digunakan untuk menulis cerita ini tidak dipakai lagi dalam perbincangan sehari-hari, dan banyak kata-kata yang dipakai berasal dari Padang. Contohnya seperti  berkalang”  dan “H.I.S”.
·      AMANAT
Apabila mencari calon pendamping hidup (istri/suami) jangan hanya menilai dari sudut luarnya saja tetapi nilailah dari perilaku dan hatinya jangan sampai salah pilih, dan apabila kita mengambil suatu keputusan berfikirlah terlebih dahulu matang – matang jangan sampai menyesal dikemudian hari.

Ø     DRAMA “AIRLANGGA” Karya SANUSI PANE
Biografi  pengarang
Sanusi Pane, sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Pria kelahiran Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905, ini juga berprofesi sebagai guru dan redaktur majalah dan surat kabar. Ia juga aktif dalam dunia pergerakan politik,  seorang nasionalis yang ikut menggagas berdirinya “Jong Bataks Bond.” Karya-karyanya banyak diterbitkan pada 1920 -1940-an. Meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968.
Bakat seni mengalir dari ayahnya Sutan Pengurabaan Pane, seorang guru dan seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Mereka delapan bersaudara, dan semuanya terdidik dengan baik oleh orang tuanya. Di antara saudaranya yang juga menjadi tokoh nasional,adalah Armijn Pane (sastrawan), dan Lafran Pane salah (seorang pendiri organisasi pemuda Himpunan Mahasiswa Islam).
Sanusi Pane menempuh pendidikan formal HIS dan ElS di Padang Sidempuan, Tanjungbalai, dan Sibolga, Sumatera Utara. Lalu melanjut ke MULO di Padang dan Jakarta, tamat 1922. Kemudian tamat dari Kweekschool (Sekolah Guru) Gunung Sahari, Jakarta, tahun 1925. Setelah tamat, ia diminta mengajar di sekolah itu juga sebelum dipindahkan ke Lembang dan jadi HIK. Setelah itu, ia mendapat kesempatan melanjut kuliah Othnologi di Rechtshogeschool. Lalu tahun 1941, menjadi redaktur Balai Pustaka.
Karya-karyanya yang terkenal diantaranya: Pancaran Cinta dan Prosa Berirama (1926), Puspa Mega dan Kumpulan Sajak (1927), Airlangga, drama dalam bahasa Belanda, (1928), Eenzame Caroedalueht, drama dalam bahasa Belanda (1929), Madah Kelana dan kumpulan sajak yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (1931), naskah drama Kertajaya (1932), naskah drama Sandhyakala Ning Majapahit (1933), naskah drama Manusia Baru yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (1940). Selain itu, ia juga menerjemahkan dari bahasa Jawa kuno kekawin Mpu Kanwa dan Arjuna Wiwaha yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (1940).

Ø  ANALISIS SAJAK ” BERDIRI AKU” KARYA AMIR HAMZAH
Biografi Amir Hamzah
Nama lengkap Amir Hamzah adalah Tengku Amir Hamzah, tetapi biasa dipanggil Amir Hamzah. Ia dilahirkan di Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Utara, pada 28 Februari 1911. Amir Hamzah tumbuh dalam lingkungan bangsawan Langkat yang taat pada agama Islam. Pamannya, Machmud, adalah Sultan Langkat yang berkedudukan di ibu kota Tanjung Pura, yang memerintah tahun 1927-1941.
Ayahnya, Tengku Muhammad Adil (yang tidak lain adalah saudara Sultan Machmud sendiri), menjadi wakil sultan untuk Luhak Langkat Bengkulu dan berkedudukan di Binjai, Sumatra Timur.Mula-mula Amir menempuh pendidikan di Langkatsche School di Tanjung Pura pada tahun 1916. Lalu, di tahun 1924 ia masuk sekolah MULO (sekolah menengah pertama) di Medan. Setahun kemudian dia hijrah ke Jakarta hingga menyelesaikan sekolah menengah pertamanya pada tahun 1927. Amir, kemudian melanjutkan sekolah di AMS (sekolah menengah atas) Solo, Jawa Tengah, Jurusan Sastra Timur, hingga tamat. Lalu, ia kembali lagi ke Jakarta dan masuk Sekolah Hakim Tinggi hingga meraih Sarjana Muda Hukum.










Ø  SAJAK  BERDIRI AKU

Berdiri Aku       
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-alun di atas alas.
Benang raja mencelup ujung
Naik marak menyerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak.
Dalam rupa maha sempurna
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertemu tuju.




ANALISIS SAJAK BERDIRI AKU
KARYA AMIR HAMZAH
Berdiri Aku       
Berdiri aku di senja senyap,                                Menggambarkan kesunyian
Camar melayang menepis buih                           dengan mengagumi ombak yang
Melayah bakau mengurai puncak                       menerpa pohon-pohon bakau
Berjulang datang ubur terkembang                    serta desir angin.
Angin pulang menyejuk bumi                             Menggambarkan keindahan pantai
Menepuk teluk mengempas emas                       pantai pada sore hari yang sunyi
Lari ke gunung memuncak sunyi                       sehingga kesedihan akan semakin
Berayun-alun di atas alas.                                Terasa mencekam
Benang raja mencelup ujung                          Membandingkan apa yang dilihat
Naik marak menyerak corak                           dan dialaminya
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak.
Dalam rupa maha sempurna                                    sebagai orang yang memiliki agama dia hanya bisa 
Rindu-sendu mengharu kalbu                        menyerahkan semua ini kepada tuhan // kesedihan 
Ingin datang merasa sentosa                         yang benar-benar mendalam // dengan merenungi
Menyecap hidup bertemu tuju.                      Hidupnya selama ini berusaha untuk mengembalikan       
kepada tuhan yang memberikan kepastian dalam hidupnya // arti impian yang ingin dirasakan.
Adapun pemikiran dalam sajak
Sajak dlam berdiri aku merupakan ekspresi kesedihan yang ditampilkan penyair dengan bahasa suasana sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarnakan oleh perpisahannya dengan kekasihnya dan dia harus pulang ke medan dan menikah dengan putri pamannya.
Perasaan sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana sunyi pantai di sore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan kelahiran.
Kesedihan yang mendalam ini juga wujud perasaan galau penyair yang digambarkan dengan perasaan yang dipermainkan ombak dan angin, sehingga hanya merenungi hiduplah yang mampu dilalukannya. Sebagai orang yang memiliki agama yang kuat dalam setiap akhirnya dia hanya bisa menyerahkan semua yang dia dialami ini  pada tuhan. Dengan merenungi hidupnya selama ini Amir berusaha untuk mengembalikan kepada tuhan yang memberikan kepastian dalam hidupnya. Seperti yang tergambar dalam rindu serdu mengharu kalbu/ingin datang merasa sentosa/menyerap hidup tertentu tuju.
Dalam sajak ini tergambar suasana pesimis penyair dalam menghadapi segala permasalahan hidupnya. Suasana pesimis ini menjadikannya menjadi melankolis. Karena dari kebanyakan sajak adalah sebuah ratapan akan hidupnya dan kesedihannya dalam memikirkan nasib hidup yang baginya sudah benar-benar hancur.
Dengan sajak ini Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan pemikirannya melalui puisi yang dia tulis. Dia menginginkan apapun yang terjadi dalam hidup kita ini harus menyerahkan kepada tuhan karena hanya dialah yang mampu memberikan kepastian dalam hidup ini. 


Ø    DRAMA AIRLANGGA KARYA SANUSI PANE
Sanoesi Pane, dalam banyak hal merupakan antipode dari Sutan Takdir Alisjahbana (STA).
Pertentangan pemikiran mereka tercatat dalam buku Polemik Kebudayaan yang disusun oleh Achdiat K. Mihardja. Kalau STA mengatakan: sekarang tiba waktunya mengarahkan pandangan kita ke Barat . Sanoesi Pane justru sebaliknya. Ia mencari ke zaman Indonesia purba dan kebudayaan Hindu. Perkembangan filsafat hidupnya sampai pada sintesa Timur dan Barat, persatuan rohani dan jasmani, akhirat dan dunia, idealisme dan materialisme.

               Pandangannya tersebut tak lepas dari pengalamannya melawat ke India selama setahun  untuk memperdalam kebudayaan di sana.  Ajaran agama Hindu itu begitu lekatnya dengan kehidupan Sanusi Pane sehingga masalah keduniaan tidak begitu ia perhatikan. Ia bahkan merasai sendiri kehidupan tanah asal agama Hindu itu. Pandangannya itu kemudian mempengaruhi semua karya-karyanya.

Airlangga adalah drama tiga babak yang terbit pertama kali tahun 1928 dengan bahasa Belanda di majalah Timboel. Ketika pesta pernikahan Airlangga dengan Dharmawangsa Teguh sedang berlangsung, tiba-tiba kota Watan diserbu Raja Wurawari yang berasal dari Lwaram, yang merupakan sekutu kerajaan Sriwijaya.  Dalam penyerbuan itu, Dharmawangsa Teguh tewas. Airlangga melarikan diri ke hutan pegunungan wanagiri bersama pembantu setianya,  Narottama.

Selama tiga tahun tinggal di hutan, Airlangga didatangi utusan rakyat yang memintanya membangun kembali kerajaan Medang. Begitulah, Airlangga kemudian membangun imperiumnya di Pulau jawa. Peperangan demi peperangan dilaluinya dengan kegemilangan. Namun, imperium Kahuripan yang merupakan karya terbesar hidupnya itu terancam perpecahan. Sanggrama Wijayattunggadewi menolak naik takhta dan memilih jalan sunyi sebagai petapa bernama Dewi Killi Suci. Terjadi kekacauan besar di Kahuripan. Perpecahan antara kedua putranya hanya tinggal menunggu waktu. Apa yang akan dilakukan oleh Airlangga? Dari sinilah kita bisa melakukan pembacaan terkait dengan pandangan hidup Sanoesi Pane.

Sintesa antara Timur dan Barat, idealisme dan materialisme yang menjadi sikap hidup Sanoesi Pane, terasa sekali di dalam penokohan Airlangga yang digambarkan sebagai seniman pemikir di atas singgasana raja. Dialektika idealisme dengan materialisme juga bisa kita temukan dalam dialog antara tokoh Sanggarama Wijayattunggadewi dengan Arya Bharad.

Sanggrama Wijayattunggadewi

             Hanya dalam kesepian ada ketenangan bagi saya:
            Saya ingin menjadi seorang pertapa, tanpa kesukaran, tanpa derita.

Pandangan Sanggrama itu dibantah oleh tokoh Arya Bharad lewat pertanyaan yang dilontarkannya.

Arya Bharad
             Apakah Anda maksudkan, bahwa dalam kesombongan pengasingan diri,
             Dalam keangkuhan membisu Anda dapat mengabdi?
             Kebebasan untuk diri sendiri itu mudah didapatkan,
             Tetapi katakan kepada saya: bagi orang lain apakah faedah Anda,
             Bila kesusahan duniawi tidak Anda dengarkan?


Begitulah pandangan Sanoesi Pane tentang kehidupan. Puncak dari pemikirannya itu memang tidak berada di dalam buku Airlangga, tetapi pada buku drama lainnya yang juga diterbitkan oleh Balai Pustaka, Manusia baru.
Namun, untuk mengikuti perkembangan pemikiran Sanoesi Pane, Airlangga bolah dijadikan sebagai titik awal pembacaan. Sebab itulah, Balai Pustaka menerbitkan kembali drama yang mencatat sebuah masa menjelang turun takhtanya Airlangga.



































































KESIMPULAN
Poejangga baroe merupakan tempat bernaungnya para sastrawan pada priode 1933-1943, selain itu menjadi wadah penyemangat gerakan kemerdekaan yaitu dengan amanat yang ditulis dalam karya-karya mereka (sastrawan)
Dari beberapa tokoh poejangga baroe ada beberapa karya yang sangat menarik yaitu roman salah pilih karya nur sutan iskandar yang  menceritakan soal jodoh, puisi berdiri aku  karya amir hamzah yang disajikan dengan penuh penjiwaan oleh penngaranya juga drama airlangga karya sanusi pane yang menyajikan kisah kerajaaan. Semuanya merupakan karya sastra hasil dari satrawan yang cinta akan tanah kelahiran.








Referensi

Mihardja, Achdiat K., 1948. Amir Hamzah dalam kenangan. Dalam Abrar Yusra
(Ed.), 1996. Amir Hamzah 1911 – 1946 sebagai manusia dan penyair.
Jakarta: Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.
Rosidi, Ajip, 1960. Amir Hamzah: hati yang ragu. Dalam Abrar Yusra (Ed.),
1996. Amir Hamzah 1911 – 1946 sebagai manusia dan penyair. Jakarta:
Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar