Puisi “Cinta Paksaan” (Karya Riatun)
Kau
hipnotis aku dengan nada – nada indahmu
Mengalun
sempurna di telingaku
Tersekap
aku dalam kelabu biru
Berenda
rindu yang kau rajut untukku
Membujuk
dengan seribu rayu
Menggebu-gebu
kian waktu kian menderu
Matilah
aku!
Kau
siram aku untuk bermandikan hasrat dan nafsu
Tanpa
kusadari, kau membawaku ke tempat yang takbertuan
Gelap
gulita tanpa tanda dan arah
Di
mana kau bawa aku berkubang kenistaan?
Khayalan
semu hanya membuatku semakin tak bermoral
Rayuan
duniawi yang menyesatkan
Hingga
kau hindarkan cinta karena paksaan
a.
Analisis Sistem
Tanda yang Digunakan Pengarang
Pada puisi di atas bila diperhatikan terdapat
paparan gagasan dalam komunikasi keseharian, namun jika ditinjau lebih lanjut
dalam setiap kata, larik, bait dan tanda yang digunakan tentulah memiliki beban
maksud penutur. Misalnya pada larik “kau
hipnotis aku dengan nada-nada indahmu”dapat diartikan gagasan bahwa dengan tidak
sadar dia telah terbuai oleh ucapan-ucapan manis. Penggunaan lambang hipnotis
lebih mengacu pada pernyataan terbuai atau tak sadarkan diri di sini
pengarang ingin memberikan efek bahwa di telah diracuni ucapan-ucapan manis
dari bibir seseorang.
b. Analisis
Gaya Pemilihan Kata
Gaya pemilihan
kata pada dasarnya digunakan pengarang untuk memberikan efek tertentu serta
untuk penyampaian gagasan secara tidak langsung sehingga memiliki kekhasan
tersendiri. Pada puisi Cinta Paksaan terdapat manipulasi penggunaan kata
misalnya pada larik “Kau siram aku untuk bermandiakan hasrat dan nafsu”
pemilihan kata “bermandikan hasrat dan nafsu” dapat diartikan sebagai bentuk
pernyataan bahwa di telah di racuni
untuk melakukan sesuatu hal yang negatif (tidak sewajarnya)”. Selain itu gaya
pemilihan kata terdapat pada larik “ rayuan duniawi yang menyesatkan”
dapat di artikan bahwa godaan setan yang menjebaknya dalam urusan cinta hingga
berujung menyesatkan.
c. Analisis
Penggunaan Bahasa Kias
Bahasa kias
merupakan penggantian kata yang satu dengan kata yang lain berdasarkan
perbandingan ataupun analogi ciri semantis yang umum dengan umum,yang umum
dengan yang khusus ataupun yang khusus dengan yang khusus. Perbandingan ataupun
analogi tersebut berlaku secara proporsional, dalam arti perbandingan itu memperhatikan
potensialitas kata-kata yang dipindahkan dalam menggambarkan citraan maupun
gagasan baru.
1.
Personifikasi
Personifikasi
adalah majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak
khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat,
berbicara seperti manusia. Majas Personifikasi terdapat dalam puisi “Cinta
Paksaan” yaitu pada larik kau hipnotis aku dengan nada-nada indahmu //
mengalun sempurna di telingaku // tersekap aku dalam kelambu biru // .
Kata “nada-nada, telingaku, kelambu” ini merupakan benda mati namun oleh si
penulis di gambarkan seoalah-olah hidup.
1.
Hiperbola
Hiperbola
adalah majas yang membuat sesuatu yang dikiaskannya menjadi sangat berlebihan.
Majas hiperbola terdapat dalam puisi cinta Paksaan yaitu pada larik membujuk
dengan seribu rayu // menggebu-gebu kian waktu kian menderu // kau siram
aku untuk bermandikan hasrat dan nafsu // rayuan duniawi yang menyesatkan//.
2.
Perbandingan
Majas
perbandingan adalah kiasan yang tidak langsung, artinya di antar sesuatu yang
dikiaskannya ada banyak digunakan kata-kata penghubung perbandingan. Majas
perbandingan terdapat dalam puisi Cinta Paksaan yaitu pada larik “khayalan
semu hanya membuatku semakin tak bermoral” di sini penulis menjelaskan
bahwa bayang-bayang yang membuatnya menjadi bodoh.
d. Pengimajian
Ada hubungan
erat antara diksi, pengimajian dan data konkret. Diksi yang dipilih harus
menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti
kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau cita rasa.
Baris-baris
puisi Cinta Paksaan yaitu kau siram aku untuk bermandikan hasrat dan nafsu
// rayuan duniawi yang menyesatkan // menunjukkan adanya pengimajian
secara Taste Imagery (yaitu melukiskan sesuatu melalui imaji rasa ). Selain itu
pada larik mengalun sempurna ditelingaku // khayalan semu hanya
membuatku semakin tak bermoral // menunjukan citrana (imaji) rasa.
e. Analisis
penggunaan bunyi
Pada kutipan
puisi Cinta Paksaan terdapat kesamaan rima yakni pada kata “indahmu”
yang terdapat dalam baris ke-1,“telingaku” pada baris ke-2, “biru”
pada baris ke-3, baris ke-4 pada kata “untuku”, baris ke-5 pada kata
“rayu” dan baris ke-6 pada kata “menderu”
f. Analisis
Makna puisi
Pada puisi Riatun gagasan yang ingin
disampaikan dalam puisi “Cinta Paksaan” adalah pada larik // Kau
hipnotis aku dengan nada – nada indahmu / Mengalun sempurna di telingaku // di
asosiasikan bahwa merayu dengan kata-kata gombal hingga terdengar sempurna
dalam telinga. Tersekap aku dalam kelambu biru / membujuk dengan seribu rayu//
di asosiasiakan dengan terjebak oleh ajakan yang menyesatkan sehingga masuk dalam
lubang yang salah, Kau siram aku untuk bermandikan hasrat dan nafsu / khayalan
semu hanya membuatku semakin tak bermoral // di asosiasikan sebagai perbutaan
yang sangat keji dengan bayang-bayang kenistaan hingga berperilaku seperti
binatang, rayuan duniawi yang menyesatkan
/ hingga kau hadirkan cinta karena paksaan // rayuan di asosiasikan sebagai
suatu pernyataan yang salah sehingga berakhir dengan keterpaksaan cinta.
Puisi “Awan” (Karya Yeti
Sumarwah)
Bersinar
Putih
menggumpal, berangsur menjalar
Membuka
tabir di tengah cakrawala
Matahari
mengintip-mengintip
Berebut
tempat di langit
Takpernah
hari tampak seindah ini
Barisan
manusia berlari-lari
Jelajahi
waktu, menapaki hari
Kehidupan
bagai cerita
Takpernah
habis, hanya peran yang berganti
Di
alamku awan takbegitu bersinar
Menyelimuti
langit yang akan segera diguyur hujan
a.
Analisis Sistem
Tanda yang Digunakan Pengarang
Pada puisi di atas bila diperhatikan terdapat
paparan gagasan dalam komunikasi keseharian, namun jika ditinjau lebih lanjut
dalam setiap kata, larik, bait dan tanda yang digunakan tentulah memiliki beban
maksud penutur. Misalnya pada larik “Di
alamku awan takbegitu bersinar”dapat diartikan gagasan bahwa “langit di
sekitar rumahnya sedang mendung”. Serta penggunaan lambang takbegitu
biasanya mengacu pada sesuatu pernyataan antara iya dan tidak (samar-samar)
di sini pengarang ingin memberikan efek pada awan tak begitu bersinar maka
makna tersebut mengartikan bahwa langit akan di guyur hujan.
b. Analisis
Gaya Pemilihan Kata
Gaya pemilihan
kata pada dasarnya digunakan pengarang untuk memberikan efek tertentu serta
untuk penyampaian gagasan secara tidak langsung sehingga memiliki kekhasan
tersendiri. Pada puisi Awan terdapat manipulasi penggunaan kata misalnya pada
larik “Putih menggumpal, berangsur menjalar, matahari mengintip-mengintip,
berebut tempat di langit” pemilihan kata pada paparan di atas dapat
diartikan sebagai bentuk pernyataan
bahwa langit sedang ditutupi awan yang menyebar sehingga tak ada tempat
untuk matahari bersinar.
c. Analisis
Penggunaan Bahasa Kias
Bahasa kias
merupakan penggantian kata yang satu dengan kata yang lain berdasarkan
perbandingan ataupun analogi ciri semantis yang umum dengan umum,yang umum
dengan yang khusus ataupun yang khusus dengan yang khusus. Perbandingan ataupun
analogi tersebut berlaku secara proporsional, dalam arti perbandingan itu
memperhatikan potensialitas kata-kata yang dipindahkan dalam menggambarkan
citraan maupun gagasan baru.
1.
Personifikasi
Personifikasi
adalah majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolaholah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak
khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat,
berbicara seperti manusia. Majas Personifikasi terdapat dalam puisi “Awan”
yaitu pada larik “ matahari mengintip-mengintip”. Kata “matahari” ini
menjelaskan bahwa benda mati “matahari” seolah-olah hidup dengan di ikuti kata
mengintip-mengintip, jadi seakan-akan matahari itu benar-benar mengintip.
2.
Hiperbola
Hiperbola
adalah majas yang membuat sesuatu yang dikiaskannya menjadi sangat berlebihan. Majas
hiperbola terdapat dalam puisi Awan yaitu pada larik “ berebut tempat
dilangit”. Kalimat “berebut tempat dilangit” menunjukan sesuatu yang
berlebihan, jika kita pikirkan apakah ada sesutu yang berebut tempat dilangit,
mungkin pernyataan itu tidak masuk diakal atau di luar logika pasti setiap
orang mempersepsinya akan berbeda-beda.
3.
Perbandingan
Majas
perbandingan adalah kiasan yang tidak langsung, artinya di antar sesuatu yang
dikiaskannya ada banyak digunakan kata-kata penghubung perbandingan. Majas perbandingan
terdapat dalam puisi Awan yaitu pada larik “ kehidupan bagai cerita” di
sini penuis menjelaskan bahwa kehidupan itu seperti cerita yang tak tahu
ujungnya. Kalimat ini membandingakn suatu
kehidupan bagaikan cerita yang tak berujung.
d.
Pengimajian
Ada hubungan
erat antara diksi, pengimajian dan data konkret. Diksi yang dipilih harus
menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti
kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau cita rasa.
Baris-baris
puisi Awan yaitu “di alamku awan tak begitu bersinar / menyelimuti langit
yang akan segera diguyur hujan /” menunjukkan adanya pengimajian
secara visual (yaitu melukiskan sesuatu melalui imaji penglihatan).
e. Analisis
penggunaan bunyi
Pada kutipan
puisi Awan terdapat kesamaan rima yakni pada kata “ini” yang terdapat
dalam baris ke-5 dan “lari” pada baris ke-6 serta terdapat juga kesamaan
rima yakni pada baris ke-7 pada kata “hari”.
f. Analisis
Makna puisi
Pada puisi Yeti
Sumarwah gagasan yang ingin disampaikan dalam puisi “Awan” adalah pada larik // putih menggumpa, berangsur menjalar // di
asosiasikan bahwa langit pada saat itu sedang cerah , kemudian // membuka tabir
di tengah cakrawala // di asosiasiakan dengan memberikan cahaya ke langit yang
luas // matahari mengintip-mengintip / berebut tempat di langit // di
asosiasikan bahwa matahari sedang bersinar dengan cerah // tak pernah hari
tampak seindah ini / barisan manusia yang berlari – lari // di asosiasikan
bahwa hari yang cerah membuat manusia berlari-lari kepanasan // di alamku awan
takbegitu bersinar // di asosiasikan bahwa tiba-tiba langit mendung
/menyelimuti langit yang akan diguyur hujan / langit yang akan segera diguyur hujan // di
artikan bahwa awan hitam tanda langit akan turun hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar